Keyword density adalah salah satu elemen penting yang sering di bahas di dunia SEO. Secara sederhana, keyword density mengacu pada persentase seberapa sering sebuat kata kunci tertentu muncul dalam sebuah konten. Metrik ini digunakan untuk mengukur relevansi halaman konten terhadap kata kunci yang ditargetkan.
Dalam membuat konten yang SEO-friendly, keyword density sering digunakan untuk memastikan konten yang dibuat tidak memiliki keyword stuffing, atau praktik memasukkan keyword terlalu banyak dalam konten.
Anda dapat menghitung keyword density dengan cara membandingkan kata kunci dibagi dengan jumlah total kata yang ada pada konten tersebut.
Artikel ini akan membahas pengertian keyword density dalam konteks SEO untuk bisnis ataupun situs web lainnya, berapa persen keyword density yang baik untuk menghindari keyword stuffing, hingga tips menerapkan strategi keyword density yang baik.
Apa itu Keyword Density?
Dilansir dari SEMrush, keyword density adalah rasio atau persentase seberapa sering kata kunci target disebutkan dalam sebuah konten situs web. Misalnya, jika sebuah artikel memiliki 1.000 kata dan kata kunci muncul 10 kali, maka keyword density-nya adalah 1%.
Keyword density dikenal juga dengan sebutan keyword frequency, atau keyphrase density, dan di Indonesia sendiri Anda mungkin lebih mengenal sebutan kepadatan kata kunci.
Pada dasarnya, keyword density membantu mesin pencari dalam memahami topik utama dari konten yang ada di dalam situs web. Namun, dengan berkembangnya algoritma Google seperti Hummingbird dan RankBrain, keyword density ini tidak lagi menjadi satu-satunya metrik yang menentukan relevansi halaman konten.
Mesin pencari saat ini lebih fokus pada konteks dan kualitas informasi yang disajikan, sehingga keyword density hanyalah salah satu bagian kecil dari strategi SEO yang dapat diterapkan.
Apakah Keyword Density Penting dalam SEO?
Pada tahun 2011, Google Search Console pada channel YouTube-nya menyatakan bahwa beberapa kata kunci pertama dapat membantu ranking konten lebih tinggi. Namun, bahkan jika Anda memasukkan tujuh atau delapan kata kunci, kata kunci tersebut belum tentu akan membantu konten meraih peringkat yang lebih tinggi.
Pada akhir tahun 2021, tepatnya 10 tahun setelah itu, John Muller yang merupakan search advocate Google menjawab pertanyaan di postingan Reddit, intinya dia menyatakan bahwa keyword density bukan faktor penting dalam SEO.
Apa maksudnya? Keyword density saat ini sudah tidak digunakan sebagai faktor ranking. Bahkan jika Anda memiliki keyword density yang optimal sekalipun, belum tentu konten Anda berada di halaman pertama.
Pentingnya keyword density dalam SEO telah berubah seiring waktu. Sebelumnya, algoritma mesin pencari sangat bergantung pada keyword density untuk menentukan relevansi halaman web.
Namun, kini Google dan mesin pencari lainnya telah beralih ke pendekatan yang lebih canggih, seperti:
- Analisis Semantik: Mesin pencari kini menggunakan algoritma untuk memahami konteks kata kunci dan relevansi topik secara keseluruhan, bukan hanya menghitung jumlah kata kunci.
- Fokus Pada Pengalaman Pengguna: Google menilai kualitas pengalaman pengguna berdasarkan waktu yang dihabiskan di halaman, tingkat interaksi, dan faktor lainnya.
Keyword masih sangat penting dalam pembuatan konten, tapi keyword density sudah kurang relevan kecuali jika Anda menggunakannya untuk hal-hal seperti memastikan tidak terjadi keyword stuffing.
Dalam menganalisis relevansi sebuah konten dengan kata kunci, Google membandingkan apakah konten mengandung kata kunci yang sama dengan yang dicari pengguna. Sinyal keyword ini masih digunakan oleh Google, misalnya jika kata kunci tersebut muncul dalam judul, atau isi halaman, maka konten tersebut mungking relevan dengan yang dicari pengguna.
Fungsi Keyword Density
Jika keyword density saat ini kurang relevan, apa masih perlu menggunakan keyword density? Jawabannya adalah tergantung. Jika Anda menggunakan persentase dari keyword density sebagai cara menghindary keyword stuffing, maka keyword density masih berguna.
Beberapa fungsi dari keyword density adalah sebagai berikut:
- Menghindari Keyword Stuffing: Dengan menjaga keyword density tetap kecil, artinya Anda memastikan bahwa Anda tidak melakukan praktik keyword stuffing yang dapat merusak performa SEO situs web.
- Meningkatkan Relevansi Konten: Keyword density memastikan bahwa Anda setidaknya memasukkan beberapa kata kunci target di konten. Tentunya, keyword density 0% berarti Anda tidak memasukkan kata kunci sama sekali. Praktik tersebut buruk karena Google menggunakan kata kunci untuk melihat relevansi konten.
- Memastikan Konten Mudah Dibaca: Dengan memasukkan keyword secara natural, Anda memastikan keterbacaan konten tidak terganggu, yang dapat meningkatkan pengalaman pembaca.
Keyword Density yang Ideal
Ahrefs dan SEMrush menyebutkan bahwa tidak ada rekomendasi keyword density yang ideal, dan mereka tidak menyarankan untuk menargetkan berapa % keyword density yang akan digunakan.
Beberapa pakar SEO, atau bahkan plugin SEO seperti Rank Math dan Yoast SEO menyarankan konten Anda memiliki setidaknya 0,5% hingga 2%. Jadi, jika artikel Anda memiliki 1.000 kata, kata kunci utama sebaiknya muncul sekitar 10 hingga 20 kali. Tapi, apakah praktik tersebut benar?
Praktik tersebut tidak bisa disebut salah, atau pun benar. Faktanya, seperti yang sudah jelaskan sebelumnya, Google sendiri tidak peduli dengan berapa % keyword density yang ada pada halaman konten Anda. Google dapat memahami relevansi konten selama konten tersebut memiliki 1-2 kata kunci di halaman konten, mau itu di judul, atau isi konten.
Jika Anda sering melakukan pencarian di Google, coba cek “CTRL + F” dan lihat ada berapa kata kunci yang ada di konten tersebut. Banyak situs dengan keyword density yang kecil muncul di halaman pertama Google.
Kesimpulannya adalah, buat konten secara natural, karena saat Anda membahas konten dengan komprehensif, Anda akan memasukkan kata kunci yang relevan di dalam konten tersebut secara alami. Baik itu berada di judul, heading tag, atau bahkan di dalam isi konten tersebut.
Cara Menghitung Keyword Density
Untuk menghitung keyword density, gunakan formula berikut:
- Keyword Density = (Jumlah kata kunci / Jumlah total kata) x 100
Contoh, jika Anda memasukkan 20 kata kunci dan konten Anda memiliki jumlah kata sebanyak 1000, maka:
- Keyword Density = (20 kata kunci / 1000 total kata) x 100 = 2%
Dengan menggunakan formula ini, Anda dapat memastikan penggunaan kata kunci tetap proporsional dan tidak berlebihan.
Tools Keyword Density Checker
Untuk memudahkan penghitungan keyword density, Anda dapat memanfaatkan berbagai tools online. Berikut adalah beberapa rekomendasi alat yang populer:
- Plugin SEO WordPress: Plugin SEO WordPress kebanyakan seperti Rank Math dan Yoast SEO sudah memberikan informasi mengenai keyword density, dan juga informasi lainnya yang Anda butuhkan untuk membuat konten menjadi SEO-friendly.
- SEMrush Writing Assistant: SEMrush menyediakan tools yang dapat membantu Anda membuat konten yang SEO-friendly, tentunya tools ini juga dapat menganalisis keyword density dan saran optimasi yang diperlukan.
- WordCounter: Wordcounter.net adalah tools untuk menghitung jumlah kata yang ada pada suatu tulisan. Tools ini juga menyediakan opsi untuk menghitung keyword density yang dapat Anda manfaatkan. Klik tombol “More” dan di sana ada opsi untuk menyalakan keyword density counter.
Tips Menerapkan Keyword Density yang Baik
Jika Anda ingin menerapkan keyword density pada saat membuat konten situs web, pastikan untuk menerapkan beberapa praktik tersebut:
Masukkan Keyword di Lokasi Penting
Keyword utama harus ditempatkan di lokasi strategis untuk meningkatkan relevansi konten di mata mesin pencari. Beberapa lokasi penting untuk menyisipkan keyword:
- Title (Judul): Pastikan keyword muncul di judul, sebaiknya di bagian awal, untuk menarik perhatian mesin pencari dan pembaca.
- Heading (Subjudul): Gunakan keyword di heading (H2, H3) agar konten terstruktur dengan baik.
- Paragraf Pertama dan Terakhir: Letakkan keyword di bagian awal dan akhir artikel untuk memperkuat relevansi.
- URL: Buat URL yang mengandung keyword, singkat, dan deskriptif.
- Meta Description: Sisipkan keyword pada meta description agar konten lebih relevan dengan pencarian pengguna.
- Alt Text pada Gambar: Sisipkan kata kunci ke alt text yang ada pada gambar untuk menjelaskan konteks gambar dan relevansinya dengan konten.
Namun, pastikan Anda memasukkan keyword di tempat tersebut secara natural. Jangan masukkan keyword ke tempat tersebut jika Anda merasa kalimat pada tempat tersebut tidak terasa natural.
Bahas Topik Secara Komprehensif
Mesin pencari seperti Google menggunakan algoritma yang kompleks dalam menilai kualitas konten. Oleh karena itu, fokuslah pada pembahasan topik secara menyeluruh, bukan sekadar menempatkan keyword.
- Analisis Topik Secara Mendalam: Gunakan data, statistik, dan contoh konkret untuk memperkaya informasi.
- Jawab Pertanyaan Pengguna: Identifikasi pertanyaan umum yang mungkin diajukan audiens terkait topik Anda, dan jawab dengan lengkap.
- Struktur yang Jelas: Pecah konten menjadi subbagian dengan heading yang relevan agar lebih mudah dibaca dan dipahami.
- Penuhi Search Intent: Pastikan isi artikel selaras dengan jenis intent keyword yang digunakan. Misalnya, jika keyword bersifat informatif, artikel Anda harus fokus pada memberikan informasi, bukan fokus penjualan.
Hindari Keyword Stuffing
Keyword stuffing adalah praktik memasukkan keyword secara berlebihan ke dalam konten, bahkan bisa dianggap sebagai SPAM dan tidak alami oleh Google. Praktik ini tidak hanya menganggu pengalaman pengguna saat membaca konten Anda, tetapi juga dapat dikenai penalti oleh Google.
Ciri-ciri keyword stuffing:
- Keyword muncul berulang kali tanpa konteks.
- Kalimat terasa tidak alami dan dipaksakan.
- Menurunkan kualitas keterbacaan konten.
Hal yang bisa Anda lakukan untuk menghindari keyword stuffing adalah dengan memastikan keyword density konten Anda sekitar 0,5-2% dari jumlah kata seluruh konten. Fokus pada pemberian value kepada pembaca, bukan hanya fokus mesin pencari.
Gunakan Variasi Kata Kunci
Selain keyword utama, gunakan variasi kata kunci untuk meningkatkan peluang konten ditemukan. Variasi kata kunci membuat konten Anda terlihat lebih alami dan membantu menjangkau audiens yang menggunakan istilah pencarian berbeda. Variasi ini mencakup:
- Sinonim: Kata-kata dengan makna serupa. Misalnya, jika kata kunci utama konten Anda adalah “belajar digital marketing”, maka Anda dapat menggunakan sinonim “kursus digital marketing” atau “les digital marketing”.
- Long-tail Keywords: Kata kunci panjang yang lebih spesifik, seperti “cara cepat belajar digital marketing untuk pemula.”
- LSI (Latent Semantic Indexing): Frasa yang sering berhubungan dengan topik.
Kesimpulan
Keyword density adalah salah satu elemen dasar dalam SEO yang masih sering digunakan, meskipun bukan faktor dalam meningkatkan peringkat di hasil pencarian Google. Dengan mengoptimalkan penggunaan keyword dengan baik, Anda memastikan konten Anda dapat dibaca dengan baik oleh pengguna dan teroptimasi untuk mesin pencari.
Selalu ingat bahwa fokus utama SEO adalah memberikan konten berkualitas yang bermanfaat untuk pembaca. Jika hal tersebut terlaksana dengan baik, secara otomatis Google akan menyukai situs web Anda karena tujuan Google adalah memberikan hasil pencarian yang terbaik, dan relevan untuk pengguna mereka.