BerandaMarketingSEOAMP Adalah: Apa Masih Relevan untuk SEO?

AMP Adalah: Apa Masih Relevan untuk SEO?

Author

Last Modified

Category

Dunia SEO selalu berubah, salah satu perubahan nyata yang terjadi adalah teknologi AMP (Accelerated Mobile Pages) dari Google yang pernah menjadi solusi populer untuk meningkatkan kecepatan halaman web di perangkat mobile.

Meskipun AMP adalah solusi untuk meningkatkan kecepatan halaman web dengan signifikan, saat ini sudah terdapat berbagai teknologi terbarukan yang membuat situs web menjadi mobile-friendly dan memiliki loading yang cepat bahkan di perangkat mobile sekalipun.

Bahkan, kini AMP sudah jarang dipakai oleh website, penggunannya sudah menurun sejak tahun 2021 lalu. Apa yang terjadi? Artikel ini akan membahas AMP secara mendalam, mulai dari pengertian, cara kerja, hingga relevansinya untuk strategi SEO modern.

Apa itu AMP?

Apa itu AMP
Foto oleh Freepik

Dilansir dari Wikipedia, Accelerated Mobile Pages, atau biasa disingkat sebagai AMP adalah framework open-source yang dikembangkan oleh Google pada tahun 2015. AMP ini dirancang untuk membuat halaman web lebih cepat di perangkat mobile, dengan memberikan batasan pada elemen-elemen HTML, CSS, dan JavaScript.

Awalnya, AMP ditargetkan untuk publisher berita dan konten artikel yang sering diakses melalui perangkat mobile, misalnya dulu AMP memprioritaskan halaman AMP pada bagian “Top Stories” di hasil pencarian SERP.

Seiring waktu, penggunaannya meluas ke berbagai jenis website, termasuk e-commerce, blog pribadi, dan bahkan sosial media seperti Twitter (X) pada saat itu menggunakan AMP. AMP dikenal karena kemampuannya mempercepat waktu muat halaman, yang dianggap sebagai faktor penting untuk pengalaman pengguna.

Namun, penggunaan AMP ini menurun pada tahun 2021, mulai dari Twitter (X) yang sudah tidak melanjutkan penggunaan AMP, dan juga AMP sudah tidak diwajibkan untuk tampil di Top Stories Google. Google memperkenalkan Page Experience sebagai ranking factor yang mempertimbangkan core web vitals, dan faktor lainnya.

Cara Kerja AMP

AMP bekerja dengan mengoptimalkan tiga komponen utama:

  • HTML Khusus AMP: AMP menggunakan subset HTML yang lebih sederhana dan ringan. Beberapa tag HTML biasa tidak diperbolehkan, dan tag khusus seperti <amp-img> atau <amp-video> digunakan untuk menggantikan elemen standar.
  • AMP JS: Library JavaScript yang digunakan oleh AMP memastikan elemen pada halaman dimuat dengan cepat dan teratur. JavaScript pihak ketiga yang tidak sesuai standar AMP tidak diizinkan untuk menjaga kecepatan loading.
  • AMP Cache: Halaman AMP akan di-cache oleh server Google AMP Cache, sehingga ketika pengguna mengakses halaman melalui Google, mereka akan disajikan AMP Cache yang memungkinkan loading yang lebih cepat.

Pada intinya, AMP ini membatasi elemen-elemen HTML, CSS, dan JS yang tidak sesuai standar AMP. Setelah itu, Google akan di-cache oleh server Google, sehingga pengguna hanya akan melihat halaman web melalui cache Google.

Namun, hal ini juga berarti beberapa elemen seperti JavaScript penting yang ada pada website Anda bisa saja tidak dieksekusi oleh AMP. Jika Anda tertarik dengan bagaimana cara kerja AMP, Anda dapat melihat 7 aturan pemuatan konten pada AMP yang dibahas oleh AMP.dev.

Kelebihan AMP

Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat Anda dapatkan jika Anda mengimplementasi AMP pada website Anda:

  • Meningkatkan Kecepatan Loading: Keunggulan utama AMP adalah kecepatan loading halaman yang sangat tinggi, terutama di perangkat mobile. Halaman yang dioptimalkan dengan AMP dapat dimuat hampir secara instan, memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna.
  • Meningkatkan Pengalaman Pengguna: Memiliki loading cepat berarti pengalaman pengguna menjadi lebih baik, pengguna tidak akan langsung keluar dari website Anda jika konten dimuat dengan cepat.
  • Meringankan Beban Server: AMP akan disimpan di cache Google AMP, artinya pengunjung akan melihat konten Anda melalui cache tersebut, tidak langsung mengunjungi website Anda, yang dapat meringankan beban server.

Kekurangan AMP

  • Keterbatasan Desain dan Fungsionalitas: AMP membatasi penggunaan elemen-elemen tertentu, yang dapat memengaruhi estetika dan fungsionalitas halaman.
  • Ketergantungan pada Infrastruktur Google: AMP mengandalkan Google AMP Cache untuk menyajikan konten Anda. Hal ini menciptakan ketergantungan pada infrastruktur Google, yang mungkin tidak ideal untuk beberapa bisnis.
  • Kompleksitas Implementasi: Menerapkan AMP memerlukan waktu dan sumber daya tambahan, apalagi untuk website besar.
  • Keterbatasan Iklan: AMP membatasi jenis iklan yang dapat ditayangkan, sehingga Anda mungkin saja akan melihat pengurangan pada pendapatan monetisasi iklan Anda.
  • Keterbatasan Analitik: Jika Anda menggunakan GA4 (Google Analytics terbaru), kode tracking mungkin tidak dapat bekerja dengan baik. AMP memerlukan implementasi tracking khusus, sehingga website Anda perlu melakukan konfigurasi atau menggunakan alternatif lain.
  • Potensi Penurunan Leads, Engagement, dan Pageviews: Banyak website yang melaporkan penggunaan AMP malah merugikan mereka. Hal ini disebabkan karena AMP membatasi banyak elemen, sehingga fitur penting yang dapat meningkatkan leads, dan lain sebagainya tidak dapat dimuat.

Apa AMP Masih Relevan untuk SEO?

Ketika AMP pertama kali diluncurkan, Google sangat mendorong penggunaannya untuk meningkatkan pengalaman pengguna di perangkat mobile. Namun, relevansinya dalam SEO kini dipertanyakan karena beberapa alasan:

Standar Website Mobile-First

Pada tahun 2018, Google memperkenalkan Mobile-First Indexing, yang berarti proses indexing dan ranking akan mengutamakan halaman web versi mobile. Pada tahun 2020, Google menetapkan mobile-first indexing sebagai cara mereka melakukan proses indexing dan ranking untuk semua website.

Saat ini, kebanyakan pemilik website mengutamakan versi mobile mereka, dan semuanya harus mobile-friendly. Hal ini menyebabkan penggunaan AMP dapat digantikan, karena fungsionalitas AMP sudah dipenuhi oleh versi mobile website.

Teknologi Alternatif yang Lebih Baik

Seiring dengan diperkenalkannya mobile-first indexing, banyak teknologi baru yang dapat digunakan untuk mempercepat waktu loading halaman web di perangkat mobile.

Adanya teknologi seperti Progressive Web Apps (PWA) dan optimasi standar menggunakan teknik lazy loading, compression, dan lain sebagainya, website dapat mencapai performa tinggi tanpa perlu mengadopsi AMP bahkan di perangkat mobile.

Fokus Google pada Core Web Vitals

Sejak diperkenalkannya Core Web Vitals, Google telah merubah cara mereka menilai website khususnya pada aspek kecepatan halaman dan pengalaman pengguna secara umum. Halaman non-AMP yang memenuhi standar core web vitals kini memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan peringkat tinggi di hasil pencarian.

Berkurangnya Keistimewaan AMP

Google tidak lagi memberikan keistimewaan eksklusif pada AMP untuk tampil di carousel berita atau fitur pencarian lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa AMP tidak lagi menjadi prioritas utama dalam algoritma Google.

Apa Website Anda Perlu AMP?

Keputusan untuk menggunakan AMP tergantung pada kebutuhan spesifik website Anda. Berikut beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

Gunakan AMP Jika

  • Apabila website Anda adalah website berita atau blog dengan konten artikel yang membutuhkan kecepatan loading tinggi, Anda mungkin perlu menggunakan AMP.
  • Apabila Anda tidak memerlukan pengunjung di website Anda untuk melakukan tindakan tertentu. Contoh, Anda ingin pengunjung untuk daftar newsletter, membuat akun di website Anda, dan Anda tidak memerlukan website untuk menghasilkan leads atau konversi.
  • Apabila mayoritas pengunjung Anda mengakses website melalui perangkat mobile dengan koneksi lambat, AMP dapat menjadi solusi yang efektif.
  • Apabila Anda memiliki tim yang mampu mengelola dan memastikan AMP dapat teroptimasi dengan baik.

Jangan Gunakan AMP Jika

  • Apabila Anda memiliki e-commerce atau website dengan interaktivitas tinggi, misalnya website Anda memiliki fitur-fitur yang tidak dapat ditampilkan di AMP.
  • Apabila website Anda memerlukan pengguna untuk berinteraksi dengan website Anda, misalnya menjelajahi halaman lain, mendaftar newsletter, mendaftar akun, atau berinteraksi dengan fitur-fitur lain yang ada di website.
  • Apabila website Anda sudah memenuhi standar Core Web Vitals, atau memiliki kecepatan loading halaman dan pengalaman pengguna yang sudah baik.
  • Apabila website Anda mengandalkan traffic dari sosial media yang sudah tidak men-support halaman AMP, maka implementasi AMP tidak terlalu berarti.

Kasus: Dampak Performa Website Karena AMP

Terdapat berbagai macam laporan yang menyatakan bahwa menggunakan AMP malah menurunkan performa website mereka, dari penurunan konversi, engagement, dan hal lainnya.

Ada juga yang melaporkan website mereka menonaktifkan fitur AMP, dan tidak ada dampak signifikan. Sayangnya, saya tidak menemukan laporan baru mengenai dampak positif dari penggunaan AMP ini, kebanyakan laporan berasal dari artikel lama.

  • Search Engine Roundtable: Mereka menonaktifkan fitur AMP, namun tidak ada perubahan pada traffic secara keseluruhan.
  • Search Engine Land: Mereka juga menonaktifkan fitur AMP ini, namun tidak terlihat ada perubahan pada traffic. Sebaliknya, mereka dapat memahami perilaku pengguna dengan lebih baik karena alat analitik seperti GA4 dapat bekerja dengan optimal di halaman non-AMP.
  • Outside Magazine: Digiday melaporkan bahwa website Outside Magazine mendapatkan peningkatan sebanyak 13% pada pageviews per visit setelah tidak menggunakan AMP.
  • Kinsta: Kinsta melaporkan bahwa saat mereka menggunakan AMP, terdapat penurunan pada leads, pengguna yang mendaftar newsletter, dan pengguna yang mendaftar akun baru di website mereka.

Dari laporan-laporan di atas, Anda dapat mengambil kesimpulan bahwa AMP ini tidak memiliki dampak pada ranking jika website Anda sudah memenuhi standar mobile yang baik. Sebaliknya, AMP dapat menjadi solusi buruk jika Anda membutuhkan pengguna untuk melakukan tindakan, seperti mendaftarkan akun, menjadi leads ataupun konversi.

Di Indonesia sendiri, banyak situs berita yang menggunakan teknologi accelerated mobile pages (AMP) di website mereka. Beberapa website yang menerapkan AMP di antaranya adalah Suara.com, detikNews, dan Liputan6.

Namun, website berita yang tidak menggunakan AMP tetap dapat bersaing di peringkat tinggi Google, termasuk di fitur “Top Stories”. Misalnya, Tirto.id tidak menggunakan AMP karena website mereka memiliki loading halaman yang sudah cepat dan mobile-friendly.

Kesimpulan

AMP adalah teknologi yang dapat membantu Anda mempercepat loading halaman dan meningkatkan pengalaman pengguna di perangkat mobile. Namun, dengan perkembangan teknologi dan standar baru seperti Core Web Vitals, relevansi AMP dalam SEO kini tidak sekuat sebelumnya.

Website yang memiliki kecepatan loading yang cepat, dan mobile-friendly sudah tidak perlu menggunakan AMP, karena sudah mencapai hasil optimal. Apabila Anda ingin memutuskan mengadopsi AMP di website Anda, pertimbangkan berbagai hal, mulai dari jenis website, target audiens, dan juga tujuan website Anda.

Pici
Picihttps://depici.com/
Muhammad Fikri Abdul Zaki, atau biasa dipanggil Pici, adalah seorang Digital Marketer dan SEO Specialist dengan pengalaman kurang lebih 6 tahun di dunia digital. Pici saat ini sedang menempuh pendidikan Manajemen Marketing di UNY. Dengan pengalaman yang dimiliki, Pici telah menekuni strategi digital untuk membantu bisnis meningkatkan performa dan memperkuat eksistensi mereka secara online.
Recent posts